Tuesday, May 12, 2015

Penanganan Eceng Gondok

PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) SEBAGAI PUPUK ORGANIK DENGAN METODE FERMENTASI DI DESA BANTUREJO KECAMATAN NGANTANG
Andi,G.A1.,Hanifah,A1 dan Mahsus1

Mahasiswa Fakultas Peternakan,Universitas Brawijaya 1
               
Tanaman Eceng gondok dan juga biasa disebut enceng gondok dengan nama Latin : Eichhornia crassipes, ialah  jenis tumbuhan air yang mengapung di air. Eceng Gondok merupakan salah satu Tanaman air yang sering merusak lingkungan danau dan sungai, hal ini dapat menyumbat saluran irigasi, mempercepat hilangnya air, mengganggu transportasi air dan mencemari areal penangkapan ikan. Eceng gondok tumbuh dengan cepat sehingga perlu penanganan agar tidak mengganggu dan merusak ekosistem lingkungan, salah satu alternatifnya adalah dengan pembuatan pupuk organic. Disisi lain, potensi eceng gondok sebagai sumber bahan organik alternatif dapat dilihat dari beberapa studi terdahulu terutama untuk mengetahui produksi biomassanya. Produksi biomassa eceng gondok di Rawa Pening dapat mencapai 20 – 30,5 kg/m2 atau 200 – 300 ton/ Ha (Artati, 2009). Didukung oleh pendapat Tanti, yosi andri dkk (2011) bahwa
Table kandungan senyawa dalam eceng gondok :
Komponen
% komposisi               
Lignin
10
Selulosa
25
Hemiselulosa
35
Nitrogen
30

 Dari data tersebut, eceng gondok merupakan bahan organik yang potensial untuk dikembangkan antara lain untuk pupuk organik dan media tumbuh. Pengolahan eceng gondok melalui teknologi pengomposan  menghasilkan produk berupa bahan organik yang lebih halus dan telah terdekomposisi sempurna. Sehingga dari data tersebut maka diperlukan upaya penyuluhan tentang pengelolaan ecenggondok lebih lanjut.
            Pengolahan eceng gondok menjadi pupuk organik menggunakan teknologi fermentasi anaerob dengan EM-4. Eceng gondok merupakan tanaman air yang mengandung banyak lignin (hemiselulosa) dan protein kasar yang tinggi namun sulit dicerna untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya penanganan dengan cara pemotongan, pengilingan, dan difermentasi dengan EM-4 maka eceng gondok siap digunakan sebagai pupuk. (Mangisah, dkk, 2003), metode yang relevan untuk mempercepat proses fermentasi ialah memperkecil luas permukaan dengan memotong kecil-kecil eceng gondok. Fajarudin (2011), Setelah dikeringkan padatan dicampur dengan EM-4 yang sesuai pada label aturan pabrik kemudian dilakukan proses fermentasi. Alat dan bahan yang digunakan, diantaranya: sebilah parang/pisau, drum/silo, selang infus, dan bahan eceng gondok, EM-4. Santoso (2007) fermentasi oleh EM4 menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kadar energi daun ubi kayu.
        Teknisnya, siapkan wadah yang telah dimodifikasi sedemikian rupa (drum/silo dilubangi sebesar selang infus dan dihubungkan dengan ujung infus serta ujung infus lainnya dimasukkan ke dalam botol bekas yang berisi air), Pada proses fermentasi terjadi peningkatan panas, agar panas yang timbul dapat diserap maka diperlukan pendinginan untuk menjaga suhu tetap konstan (Santi, 2008); setelah eceng gondok dipotong kecil dimasukkan ke dalam wadah (bisa berupa drum/ atau silo) dan ditambahkan EM-4 dengan perbandingan 4% murni dari volume eceng gondok yang digunakan dan dilarutkan dengan air 10% dari volume wadah yang digunakan. Setelah 21 hari drum/silo dibuka dan pupuk organik siap digunakan menurut Rahayu (2005) bahwa pengomposan yang semakin lama menunjukkan  peningkatan kualitas unsur hara makro maupun mikro dan terjadi penurunan nisbah C/N.



0 comments:

Post a Comment