PEMANFAATAN
ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)
SEBAGAI PUPUK ORGANIK DENGAN METODE FERMENTASI DI DESA BANTUREJO KECAMATAN
NGANTANG
Andi,G.A1.,Hanifah,A1 dan Mahsus1
Mahasiswa Fakultas Peternakan,Universitas Brawijaya 1
Tanaman
Eceng gondok dan juga biasa disebut enceng gondok dengan nama Latin : Eichhornia crassipes, ialah jenis tumbuhan air yang mengapung
di air. Eceng Gondok merupakan
salah satu Tanaman air yang sering merusak lingkungan danau dan sungai, hal ini
dapat menyumbat saluran irigasi, mempercepat hilangnya air, mengganggu
transportasi air dan mencemari areal penangkapan ikan. Eceng gondok tumbuh
dengan cepat sehingga perlu penanganan agar tidak mengganggu dan merusak ekosistem
lingkungan, salah satu alternatifnya adalah dengan pembuatan pupuk organic. Disisi lain, potensi eceng gondok sebagai
sumber bahan organik alternatif dapat dilihat dari beberapa studi terdahulu
terutama untuk mengetahui produksi biomassanya. Produksi biomassa eceng gondok di Rawa Pening
dapat mencapai 20 – 30,5 kg/m2 atau 200 – 300 ton/ Ha (Artati,
2009). Didukung oleh
pendapat Tanti, yosi andri dkk (2011) bahwa
Table kandungan senyawa dalam eceng gondok :
Komponen
|
% komposisi
|
Lignin
|
10
|
Selulosa
|
25
|
Hemiselulosa
|
35
|
Nitrogen
|
30
|
Dari
data tersebut, eceng gondok merupakan bahan organik yang potensial untuk
dikembangkan antara lain untuk pupuk organik dan media tumbuh. Pengolahan eceng
gondok melalui teknologi pengomposan menghasilkan produk berupa bahan
organik yang lebih halus dan telah terdekomposisi sempurna. Sehingga dari data
tersebut maka diperlukan upaya penyuluhan tentang pengelolaan ecenggondok lebih
lanjut.
Pengolahan eceng gondok menjadi pupuk organik menggunakan teknologi
fermentasi anaerob dengan EM-4. Eceng gondok merupakan tanaman air yang
mengandung banyak lignin (hemiselulosa) dan protein kasar yang tinggi namun
sulit dicerna untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya penanganan dengan cara
pemotongan, pengilingan, dan difermentasi dengan EM-4 maka eceng gondok siap
digunakan sebagai pupuk. (Mangisah, dkk, 2003), metode yang relevan untuk
mempercepat proses fermentasi ialah memperkecil luas permukaan dengan memotong
kecil-kecil eceng gondok. Fajarudin (2011), Setelah
dikeringkan padatan dicampur dengan EM-4 yang sesuai pada label aturan pabrik
kemudian dilakukan proses fermentasi. Alat dan bahan yang digunakan, diantaranya: sebilah parang/pisau,
drum/silo, selang infus, dan bahan eceng gondok, EM-4. Santoso (2007) fermentasi
oleh EM4 menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan kadar energi daun ubi
kayu.
Teknisnya, siapkan wadah yang telah
dimodifikasi sedemikian rupa (drum/silo dilubangi sebesar selang infus dan
dihubungkan dengan ujung infus serta ujung infus lainnya dimasukkan ke dalam
botol bekas yang berisi air), Pada proses
fermentasi terjadi peningkatan panas, agar panas yang timbul dapat diserap maka
diperlukan pendinginan untuk menjaga suhu tetap konstan (Santi, 2008); setelah eceng gondok dipotong kecil
dimasukkan ke dalam wadah (bisa berupa drum/ atau silo) dan ditambahkan EM-4
dengan perbandingan 4% murni dari volume eceng gondok yang digunakan dan
dilarutkan dengan air 10% dari volume wadah yang digunakan. Setelah 21 hari
drum/silo dibuka dan pupuk organik siap digunakan menurut Rahayu (2005) bahwa
pengomposan yang semakin lama menunjukkan
peningkatan kualitas unsur hara makro maupun mikro dan terjadi penurunan
nisbah C/N.
0 comments:
Post a Comment